Fans Faction For Park jung min

My Love Is Man Rain


By : NaurasarangheyoHyunjoong Triple's

facebook : NaurasarangheyoHyunjoong Triple's 

 

PART 1
“ Tolong, hitung jumlah rintik hujan itu untukku. Sungguh aku ingin tahu berapa jumlahnya. Andai kau tulus, kau akan menghitungnya untukku. Sampai kau tahu berapa jumlah rintiknya. Lalu mengatakannya padaku. “ pintaku saat itu.
“ 1001 ! “ katanya girang.
Aku pun berteriak senang. Ku temani dia melompat kegirangan. Kami berdua main hujan. Dia telah menghitungnya, meski aku tahu tak mungkin jumlahnya hanya sebanyak itu. Wajahnya basah. Tapi dia tetap terlihat menawan.
Setiap kali hujan turun, aku pasti ingat dia. Ingat tingkahnya menuruti sifat manjaku. Menghitung jumlah rintik hujan ? sekarang dia pasti sadar, aku telah membodohinya. Tapi, waktu itu kami masih sangat hijau. Masa kanak-kanak yang telah lewat lebih dari 20 tahun lalu. Tapi, mengapa aku tak bisa melupakannya. Mungkin, hanya karena dia yang mau menghitung jumlah rintik hujan untukku. Hanya aku.
“ Hujan lebat, Seo Hyun. Kita pulang nanti saja yah ? “ kata Eui Chul sambil menepuk pundakku, lembut. Lamunanku tentang hitungan rintikan hujan memudar.
“ Ne. “ jawabku singkat.
Menatap hujan dari ketinggian lantai 29 memang bisa menghanyutkan.
“ kita tunggu hujannya reda. “ kataku setuju.
Eui Chul tidak melihat bahwa aku sedang melamuni bocah laki-laki yang kini pasti telah tumbuh menjadi namja yang tampan. Lelaki itu hanya sempat hadir dua tahun dalam hidupku. Di masa kecilku.
“ pekerjaanmu sudah selesai, kan ? “ Tanya Eui Chul.
Aku mengangguk. Hanya sanggup mengangguk. Alam sadarku masih terhanyut masa lalu. Dimana kau Minnie ? saat hujan seperti ini, dialah yang paling kurindukan. Seperti apa dia sekarang ? pasti semakin tampan. Apakah dia masih menyimpan gelang tali yang kuberikan saat dia pindah ke Aushi, Australia ?
“ Ya ! ayo kita pulang. Hujannya sudah reda. Hanya tinggal rintik-rintik. Eomma menunggu kita. Kita kan janji makan malam bersama. Tadi Eomma SMS. Katanya, Eomma memasak Thai Chicken Salad pedas kesukaanmu, “ kata Eui Chul panjang lebar seraya tersenyum. Kelembutan Yunho menggugahku. Bayangan Eomma Eui Chul yang lelah memasak membuatku tak nyaman.
“ Aigo … kenapa kau bicara soal makanan favoritku ? “ tanyaku, merasa telah merepotkan
“ Soalnya, Eomma memaksa. Seharian Eomma mencari resep itu ditumpukan buku resep koleksinya. Kami sekeluarga jarang sekali makan nasi kesukaanmu itu“ jawabnya, masih dengan tersenyum.
Aku mencubit pinggang Eui Chul. Aku jadi sungkan pada Eommanya. Aku pamit ke kamar kecil untuk sedikit merias  diri. Ini bukan kali pertama aku bertemu Eomma Eui Chul. Tapi, malam ini kali pertama aku bertemu keluarga lengkap Eui Chul.
Heran, baru pukul 7 malam koridor kantor sudah sepi. Biasanya, pada saat-saat ini kantor sedang ramai, apalagi dibagian iklan. Ruangan bagian iklan ini berseberangan denga ruang produksi, kantorku. Aku baru ingat, hari ini bagian iklan pergi ke Taiwan untuk syuting iklan mobil yang kabarnya harganya setara dengan sebuah rumah megah di daerah Seoul.
“ Mobil, harganya mahal sekali. Lebih baik ditabung untuk kehidupan masa depan nanti. “ pikirku.
Yah, Eui Chul sudah merencanakan semuanya dengan rapi. Urusan pernikahan yang tinggal dua minggu lagi pun sudah selesai. Bahkan, Eui Chul sudah memikirkan tabungan untuk anak. Eui Chul sudah mempersiapkan rumah mungil di daerah Gangnam-gu. Katanya, jika anak kami lahir nanti, ia akan lahir dilingkungan yang nyaman dan aman. Jauh dari kantor tak apa-apa.
Jun Su memang begitu. Pembawaannya yang tenang sangat memikatku. Sikap tanggung jawab dan kedewasaannya langsung terlihat ketika aku mengenalnya. Hanya sebulan pendekatan, aku langsung jatuh hati. Lima bulan kemudian aku menerima lamarannya. Dua minggu lagi kami akan menikah. Ah, ternyata waktu berjalan begitu cepat.
Karena asyiknya melamun, aku tidak sadar sudah sampai di depan pintu kamar kecil. Terkunci ! aku mengeluh. Berarti, aku harus turun ke lantai bawah. Tapi, rasanya malas sekali harus naik lift untuk mendapatkan toilet yang tidak terkunci. Aku berpikir sesaat.
“ Aigo … kenapa perutku harus sakit segala ? “ batinku sambil memegangi perut.
Tapi, daripada menahan sakit, lebih baik turun ke toilet lantai bawah. Betapa tidak sopannya jika aku langsung menuju toilet sesampainya kami di rumah Eui Chul. Biar saja Eui Chul agak lama menunggu.
Lift kosong. Berada di dalam kotak ini membuatku sedikit merinding. Jika tidak terpaksa, aku lebih memilih tangga di bandingkan lift. Setiap kali pintu lift tertutup, kemudian bergerak mengejutkan, sungguh membuatku tak nyaman. Pokoknya tidak enak. Titik. Saat hal ini aku katakan pada Eui Chul, dia tertawa tebahak-bahak. Ia tidak bisa memahami ketakutanku akan kotak lift yang menyeramkan.
Sama halnya ketika dengan iseng aku katakan padanya untuk menghitung rintik hujan. Ada-ada saja. Hanya itu tanggapannya.
Lalu, sederet pendapatnya mampir ditelingaku.
“ Air hujan itu jahat, bisa menyebabkan flu, batuk, pusing dan masih banyak lagi. “ katanya waktu itu.
Lama-lama Eui Chul mirip Eommaku. Cerewet. Tapi, aku tahu, Eui Chul cerewet karena ia sayang padaku.
Ting ! lantai 28. Aku menoleh ke kiri dan kanan, mencari sesuatu yang hidup.
“ Ada apa dengan hari ini ? seharusnya, aku tadi meminta Eui Chul untuk menemani. “ batinku
Aku menghela nafas dalam agar rasa percaya diriku terpancar. Selesai merapikan wajah aku menutup pintu kamar kecil yang sunyi itu. Aku mengambil jalan memutar. Sepi. Di koridor aku bertemu seorang namja muda yang sedang asyik menatap hujan dari balik jendela kaca. Seperti aku tadi. Aku tersenyum simpul.
“ menghitung rintik hujan ? “ sapaku sekilas sambil melewatinya. Tak ku sangka, sapaanku mengagetkannya. Namja itu membalikkan badan. Kami berhadapan. Mata kami bertatapan. Melihat reaksinya, aku merapat kebelakang. Sedikit takut.



PART 2
“ Mianhe, hanya ucapanmu tadi mengagetkanku, “ ucapnya, santun.
Aku lega. Namja ini tidak bermaksud jahat. Mungkin suaraku mengganggu lamunan indahnya. Lagipula, namja ini tidak tampak seperti orang jahat. Aku mencoba tersenyum, meski tak bisa menyembunyikan kekagetanku.
“ Gwaencha, Jangan takut. Hanya, hujan selalu membuatku mudah terkenang masa lalu. Mianhe, kenapa aku menceritakan hal ini padamu, yah ? “ wajahnya memerah. Aigo, tampannya.
“ Aku Minnie, “ namja itu memperkenalkan dirinya.
Minnie ? keningku berkerut. Ah, pasti bukan Minnie yang itu, aku menepis pikiranku.
“ Seo Hyun, “ kataku juga memperkenalkan diri. Tapi, tunggu dulu … di pergelangan tangannya ada gelang tali yang motifnya sangat aku kenal. Mungkinkah dia Minnie-ku … ?
“ Seo Hyun ? dulu aku mempunyai teman bernama Seo Hyun. Tapi itu sudah lama sekali. saya yakin kau bukan … “
Lututku lemas. Kalimat Minnie terputus. Rautku memucat.
“ Ne, itu namaku, “ kataku terbata. Sunyi. Ruang kosong diantara kami dipenuhi kenangan masa lalu, saat aku dan Minnie kecil. Begitu jelas, begitu nyata.
“ Tolong, hitung jumlah rintik hujan itu … “ ucapku lirih
“ Kya ! kau Seo Hyun ? yah, kau Seo Hyun. “  ucapnya meyakinkan diri.
Kami berpandangan, lalu berpelukan sejenak.
“ Annyeong ? Oraenmaneyo, yepoyo Seo Hyun! “ Minnie menatapku dari atas ke bawah. Mungkin dia heran atas perubahanku. Dulu aku kurus, agak hitaman, dan rambut bergelombang. Mungkin di matanya aku telah tumbuh menjadi wanita yang tampak sangat menawan. Aku menikmati pujiannya. Tapi, tiba-tiba, ada perasaan bersalah menyelinap. Seharusnya, aku merasa malu dan bersalah pada Eui Chul di atas sana. Tapi, rasa indah ini meluap tak tertahankan.
“ Kau juga banyak berubah. Berapa banyak wanita yang telah kau patahkan hatinya ? “ tanyaku, bercanda. Minnie sangat tampan dan berkharisma, apalagi saat tertawa. Tarikan garis bibirnya saat tertawa memang tiada duanya. Suara tawa yang sangat aku rindukan. Renyah dan tak membosankan.
 “ Ya ! kau masih memakai gelang itu, yah ? “ tanyaku sambil menunjuk pergelangan tangannya.
“ Ne, ini satu-satunya kenangan yang ku punya dari masa lalu. Darimu. “ Minnie tersenyum. Matanya penuh arti. Kukibaskan debar-debar di dadaku.
“ Apa yang terjadi setelah 20 tahun, Minnie ? “ tanyaku ingin tahu.
Tenang, ini hanya reuni singkat. Jun su tak akan marah. Aku menghibur diri.
“ Banyak sekali. Appa meninggal setahun yang lalu. Sakit jantung. Setelah itu kami kembali ke sini. “
“ Mianhe, aku ikut berduka, “ ucapku sedih. Aku terkenang kebaikan Ajussi Joo Hwan padaku. Ajussi Joo Hwan sering mengajakku jalan-jalan naik sepedanya. Seru sekali !
“ Sekarang, aku dan Eomma tinggal di Seoul. Bagaimana denganmu ? “ tanyanya
Entah mengapa, cahaya yang kurasakan di wajahku tiba-tiba meredup.
“ Aigo ! aku lupa. Tunanganku sedang menungguku di atas. Kami akan malam bersama keluarganya. Dua minggu lagi kami akan menikah. Dia pasti kesal menunggu aku mencari kamar kecil terlalu lama. Kamar kecil di atas terkunci. “ jawabku dengan nada dibuat sebahagia mungkin.
“ Aku yakin, dia pasti laki-laki yang beruntung karena mendapatkanmu, “ sahut Minnie. Aku menunduk, tak berani menatap matanya.
“ Chukhae … jangan lupa mengirim undangan. Aku pasti datang. “ Minnie mengeluarkan kartu nama dari dompetnya. Di tambahkan sebaris nomor telepon.
“ Aku akan marah jika kau tak mengundangku, “ ancamnya sambil tersenyum
Senyuman yang membuat hatiku semakin sakit dan merasa bersalah. Aku menerima kartu namanya.
“ Bolehkah aku meminta kado pernikahanku sekarang ? “
“ Mwo ? sekarang ? “ Minnie tampak terkejut
“ Ne. “
“ Kalau bisa sekarang, tentu akan aku berikan. “ ia tersenyum.
“ Tolong, hitungkan  rintik hujan di luar sana itu untukku, “ ucapku hati-hati
“ Oh, itu … kau masih ingat ? kalau hujan, aku juga masih mengingatmu. Menghitung rintik hujan … bodohnya aku dulu ! “
“ Sekarang kau masih merasa bodoh ? “
“ Aniyo ! jika itu untukmu. Tak ada yang pernah memintaku menghitung rintik hujan selain kau. Aneh, kadang-kadang aku merindukannya. Menghitungkan rintik hujan kedengarannya sangat manis. “ mata Minnie berbinar. Persis sama seperti dulu, saat dengan riangnya kami berlarian menerobos hujan.
“ Ayo, kita keluar. Aku akan menghitungnya untukmu, “ ajaknya.
Tapi, aku merasa ada yang menarikku. Menahanku. Tidak mengijinkan aku menyambut uluran tangannya.
“ Seo Hyun ? “ tatapan mata Minnie tampak tak mengerti.
Sesuatu yang hebat menerpaku. Sesuatu yang hangat. Sesuatu itu adalah Eui Chul.
“ Mungkin lain kali, Minnie. Aku harus ke atas. Aku senang bertemu lagi denganmu, “ kataku sambil menggenggam tangannya. Minnie mengerti.
“ Minnie, lepaskan gelang itu. Tak pantas untuk eksekutif muda sepertimu, “ candaku. Minnie menatapku ragu-ragu. Dia tak tahu bahwa aku serius dengan ucapanku itu.
Kuraih tangannya. Ku lepas gelang itu. Minnie tak berkata apa-apa. Namun, hati kami seolah saling memahami. Masa lalu seharusnya untuk dikenang, bukan untuk terus disimpan.
“ Jangan lupa undangannya. Aku berhutang satu kado untukmu, “ bisiknya sambil melepasku naik lift.
Lupakan kado itu Minnie. Karena itu tak mungkin. Karena sudah tak mungkin. Cerita lelaki hujan itu seharusnya sudah aku tutup. Aku telah memilih jalanku. Yunho kini jalanku. Ku intip Eui Chul diruanganku. Dia masih menungguku, sambil sesekali kepalanya mengangguk-angguk, mengikuti irama lagu dari ipod. Ah, dimana lagi aku bisa menemukan namja sesempurna dia ? biarlah dia tak menghitungkan rintik hujan di luar. Tak apa.
Ku peluk calon suamiku ini dari belakang. Siap membuang masa lalu dan melangkah ke masa depan.
Di rumah Eui Chul. Eomma dan keluarganya yang lain menyambut kedatanganku dengan sangat gembira. Aku bak seorang ratu yang dilayani. Tanpa basi-basi, Eomma langsung mengajak ku ke meja makan untuk makan malam bersama. Sesaat aku menoleh kearah Eui Chul. Dia hanya membalas dengan tersenyum. Dan benar saja kata Eui Chul, Eommanya menghidangkan makanan kesukaanku dan aneka macam makanan yang lain. Meja makan benar-benar sangat penuh. Sesaat kemudian kami semua menikmati makan malam bersama dengan lahap diselingi canda tawa.
Sesudah selesai makan malam, aku tidak langsung pulang. Melainkan ikut bercengkrama dengan keluarga besar Eui Chul. Sesekali terdengar tawa kami karena ulah Eommanya. Kemudian Eomma Eui Chul dengan antusiasnya membahas masalah pesta pernikahan kami yang tinggal menghitung hari. Begitu pula dengan ajumma Eui Chul yang tidak kalah semangatnya. Mereka membahas dari tempat resepsi bahkan sampai konsep yang sesuai dengan yang mereka inginkan, juga termasuk perancang gaun pernikahan yang sudah didatangkan dari Amerika. Karena ini merupakan acara pernikahan anak kesayangan mereka, Eui Chul. Aku hanya mengulum senyum mendengar semuanya. Membuatku lupa akan hal Minnie yang baru saja kutemui di kantor sebelum datang kemari.



PART 3
“ Aku ingin punya cucu perempuan, aku akan membuatkan warna kamar yang cerah untuknya. Kemudian membelikan baju-baju yang bagus dan lucu. “ kata Eomma Eui Chul senang.
“ Ne, aku setuju. “ jawab ajumma Tae Han dan haramuchi sambil mengangkat tangan.
“ Kya !!! aniyo, cucuku harus laki-laki. Dengan begitu aku bisa bermain bisbol dengannya nanti. “ kata Appa Eui Chul tak mau kalah.
“ Ne, harus laki-laki, kami setuju … “ dukung ajussi Lee sambil mengangkat tangan si kecil Taemin, keponakan Eui Chul.
 “ YE ! HARUS YAOJA. “
‘ ANIYO ! NAMJA. “
“ KYAAA !!! kalian ini kenapa ? pesta pernikahannyanya saja belum berlangsung, sudah memikirkan cucu, ada-ada saja. “ kata Eui Chul tiba-tiba. Heran. Aku pun sangat tercengang dengan reaksi keluarga Eui Chul. Sangat antusias. Dan yang ditanya hanya pada tersenyum saja.

“ Ya !! Bukankah besok kalian harus mencoba pakaian pengantin dan mencari cincin pernikahan ? “ Tanya Eomma kemudian dengan menepuk kedua tangannya sambil tersenyum.
“ MWO !!! Jeongmal ? “ ucap Eui Chul sedikit kaget.
“ Ya ! kau ini bagaimana Eui Chul, hal sepenting ini malah terlupakan. “ jawab Eommanya.
“ Seo Hyun, kau harus sering-sering mengingatkan dia, agar penyakit lupanya tidak mudah kumat. Eomma khawatir, nanti setelah kalian menikah, dia lupa jika sudah punya istri. “ kata Eomma panjang lebar dengan mimik yang di buat secemas mungkin.
“ Aniyo Eomma … aku pasti akan berusaha menyembuhkan penyakitnya itu, supaya dia selalu mengingatku. Dan aku akan terus mengikatnya. “ jawabku dengan mengulum senyum, menoleh pada Eui Chul. Eui Chul hanya membalas dengan senyuman penuh arti.
“ Ne, hwaiting Seo Hyun ! “ ucap Eomma seraya mengangkat kepalan kedua tangannya. Dan bak seorang komando, sontak semua yang ada juga mengucapkan kata yang sama dengan Eomma “ Hwaiting Seo Hyun !!! “ Aku dan Eui Chul hanya bisa tersenyum melihat tingkah mereka.
Setelah puas berkumpul bersama, aku pamit pulang dengan diantar oleh Eui Chul. Semua keluarga mengantarku sampai pintu gerbang. Ah, terlalu berlebihan sekali, pikirku. Dan selama diperjalanan, di dalam mobil tiba-tiba Eui Chul berkata,
“ Apakah kau akan benar-benar mengikatku, agar tetap menjadi darah yang mengalir dalam ragamu ? “
“ Ne, kau akan selalu menjadi aliran darah yang mengalir dalam ragaku, dan aku ada dalam warna merah itu yang tidak akan pernah luruh. “ jawabku seraya merangkul lengannya, bersandar. Hanya senyum kecil yang tersirat dari wajah kami. Tak ada kata yang dapat mewakili perasaan bahagia yang kurasakan saat ini. Jika boleh, aku ingin waktu berhenti saat aku berada disamping Eui Chul.
“ Nanti kau ingin anak perempuan atau laki-laki ? “ Tanyaku pada Eui Chul sebelum aku membuka pintu mobil.
“ Mwo ! “
“ Ah, Aniyo … aku hanya teringat perkataan Eomma dan Appamu tadi. “ jawabku.
“ Hmmm … “Eui Chul terlihat berpikir keras. “ Aku ingin memiliki sepuluh orang anak. Lima yaoja dan lima namja. “ lanjutnya dengan raut sumringah.
“ MWO !!! SEBANYAK ITU ??? “ tanyaku histeris.
“ Ne ! “ dia mengangguk, meyakinkanku.
Aku terdiam. Tidak tau harus berkata apa. Sepuluh orang anak tidaklah mudah mengurus dan membesarkannya, batinku. Apa dia benar-benar dengan perkataannya ? Eui Chul malah tertawa melihat ekspresiku.
“ Ya ! berapapun anak yang akan kau lahirkan nanti, yaoja atau namja, jika berasal dari dirimu, aku akan menerimanya dengan sangat bahagia. “ jawabnya tulus.
Aku terharu dengan pernyataannya barusan. Eui Chul benar-benar namja yang sempurna, sangat menghargai dan mencintaiku. Membuatku semakin mengagumi dirinya.
” Jangan lupa, besok aku akan memjemputmu. Kita harus mencoba gaun yang akan kau kenakan nanti. “ ucap Eui Chul mengingatku. Aku tersenyum.
“ Masuklah. Ini sudah larut malam. Apa kau ingin tidur di dalam mobil ?
“ Ne, “ jawabku seraya membuka pintu mobil.
“ Ya ! ada nyamuk di pipimu. “
“ Jeongmal ? “ tanyanya.
Aku mendekatkan wajahku, sebelum dia memegang pipinya. Dan kemudian, CUP ! aku mencium pipi Jun su dan kemudian buru-buru keluar.
“ YA !!! “ dia kaget.
“ ANYOGI JUMUSEYO … SEMOGA KAU BERMIMIPI INDAH !! “ teriakku berlari sambil melambaikan tangan. Eui Chul tersenyum melihat ulahku yang terkadang membuatnya gemas. Dia terus memegangi pipi kanannya dengan tersenyum. Kemudian Eui Chul pergi setelah aku benar-benar tak terlihat lagi dari pandangannya.
Keesokan harinya. Usai mandi, Aku bersiap-siap untuk pergi bersama Eui Chul. Karena hari ini bertepatan waktu libur kerja. Karena suasana hatiku lagi berbunga-bunga, aku mengenakan blazer motif bunga berwarna pink bersama rok hitam klok selutut. Ku ambil arloji yang senada dengan pakaianku hari ini. Dan juga tas tangan berukuran sedang.
“ Seo Hyu, apa kau sudah siap ? Eui Chul sudah ada di bawah menunggumu. “ tiba-tiba Eomma mengetuk pintu kamarku.
“ Ne, Eomma. Aku akan segera turun. “ sahutku dari dalam. Setelah selesai, aku bergegas turun untuk menemui Eui Chul.
“ Mianhe, Eui Chul, apa kau sudah lama menunggu ? “ sapaku
“ Aniyo. Aku juga belum lama sampai disini. “ jawabnya lembut.
“ Ah iya … sebaiknya kita sarapan dulu, Eomma sudah menyiapkan sarapan khusus buat Eui Chul, karena pagi ini akan keluar bersama Seo Hyu. Jadi tidak boleh menolak. “ ujar Eomma semangat.
“ Eomma … “ kataku setengah berbisik sambil menyenggol pelan lengan Eomma.
“ Gwaenchana Seo Hyun. Jadi kita bisa lebih fokus nanti, karena butuh waktu yang cukup lama juga saat memilih gaun yang cocok. Ne, Eomma. “ jawabnya ramah.
Setelah duduk di meja makan untuk sarapan, aku melihat tasku belum tertutup. Kuraih tasku sebelum ku taruh. Dan kulihat dompetku tidak ada. Oh ya, aku teringat, ternyata masih di dalam tas yang ku pakai semalam. Ku lihat Eomma sibuk menyuguhi makanan pada Eui Chul.
“ Eomma, pelan-pelan. Jangan berlebihan pada Eui Chul. “ kataku mengingatkan Eomma. Aku merasa tidak nyaman karena kulihat piring Eui Chul sudah terlalu penuh dengan makanan. Bagaimana mungkin dia bisa menghabiskan sarapannya.
“ Gwaencha Seo Hyun, “ ujar Eui Chul tersenyum. Eomma pun jadi merasa malu.
“Eui Chul, aku naik dulu karena ada yang tertinggal. “ kataku padanya dengan posisi sudah berdiri.
“ Oh, Ne. “ jawabnya mengangguk.
“ Mwo ! Seo Hyun, lebih baik sarapan saja dulu, nanti Eomma yang ambilkan sesuatu yang kau butuhkan itu di atas. Kau temani saja Eui Chul disini. “ sahut Eomma.
“ Sebentar saja, Eomma. “ jawabku sambil berlalu.
“ Aigo … anak itu susah sekali di beri tahu. “ kata Eomma. Jun su lagi-lagi hanya tersenyum. Aku buru-buru naik ke atas. Sesampainya di kamar, ku ambil tas yang ku pakai tadi malam. Ku buka dan kutumpahkan semua isinya di atas tempat tidur. Aku tersenyum lega karena dompetku memang di dalam tas itu. Saat ku pegang dompetku untuk kemudian segera turun lagi, jariku meyentuh sesuatu yang tertindih di bawahnya.




PART 4
Setelah ku ambil dan ku lihat, ternyata gelang tali yang pernah ku berikan pada Minnie. Dan baru tadi malam aku mengmbilnya kembali dari tangan Minnie.
Aku termangu diam, duduk di pinggir ujung tempat tidur sambil memandangi gelang yang ada dalam genggamanku. Pikiranku tiba-tiba melayang pada sosok Minnie. Ah, sedang apa dia hari ini ? apakah dia baik-baik saja ? apa mungkin dia akan benar-benar melupakanku setelah kejadian di kantor tadi malam ? akankah dia membenciku atas sikapku padanya? aku terus bertanya-tanya dalam hati. Tiba-tiba perasaan bersalah menyelimuti perasaanku bersamaan dengan rasa rindu yang muncul tiba-tiba tanpa kuminta. Tanpa kusadari butiran bening dipelupuk mataku turun dengan perlahan. Aku bingung dengan perasaanku. Aku terpengkur disudut ranjang sambil berlutut dan seraya mencium gelang ini. Menangis. Yah, aku menangis tanpa mengeluarkan suara tangisan, sambil sesekali ku sebut nama Minnie. Namun justru membuat air mataku semakin mengalir deras. Karena air mata ini gambaran guncangan yang hebat,  berasal dari hatiku yang terdalam.
“ Mianhe … aku tidak bermaksud menyakitimu, Minnie … “ lirihku
“ Mianhe, Minnie … Mianhe … “
“ Aku yakin, kau pasti akan menemukan kebahagianmu yang sebenarnya, “ ucapku pelan.
Dan diluar sana, tanpa kusadari Eui Chul berdiri terpaku. Hening. Diam tanpa kata, Melihat apa yang terjadi padaku. Mendengar semua apa yang ku ucapkan. Mendapatiku menangis sambil memegang sesuatu sambil menyebut nama seseorang yang tak dikenalnya. Jun su hanya menatapku, membiarkanku larut dalam keadaan yang tampak. Sementara aku, larut dalam perasaan yang sedang kurasakan saat ini, tidak tahu akan kehadiran Eui Chul di balik pintu kamar yang terbuka.
Setelah aku puas dan kurasakan sedikit tenang, kuhapus mataku yang basah dengan sapu tangan. kemudian meletakkan gelang tali itu dalam laci disamping tempat tidur. Aku membenahi dandananku untuk segera turun. Aku rasa sudah terlalu lama aku meninggalkan Eomma dan Eui Chul yang sedang sarapan.
“ Mianhe, aku lama sekali. “
“ Ne, kau lama sekali. apa yang kau lakukan ? Eui Chul sampai selesai makan kau baru turun. “ sahut Eomma.
“ Aniyo, Eui Chul bagaimana kalau kita langsung berangkat saja ? kita sudah telat dengan janji Ms. Jessica, “
“ Mwo ! kau bahkan belum sarapan. “ ujarnya.
“ Gwaencha, nanti bisa makan diluar saja, “ kataku.
“ Ok ! kita berangkat sekarang, “Eui Chul berdiri.
“ Eomma, aku dan Eui Chul pergi dulu, “ kataku pada Eomma.
“ Ne, kalian bersenang-senanglah. Dan Eui Chul, Eomma yakin pilihanmu pasti sangat cocok untuk Seo Hyun, “ ujar Eomma senang.
“ Ne, Eomma, “ balas Eui Chul tersenyum ramah.
Kami pun pergi. Selama dalam perjalanan, Aku hanya berdiam menatap keluar kaca mobil. tanpa ada mengeluarkan sepatah katapun. Eui Chul membiarkanku larut dalam lamunan.
“ Apa kau baik-baik saja ? jika merasa belum siap, sebaiknya kita batalkan janji hari ini, “ tanyanya sesekali menoleh kearahku.
“ Ah, aniyo ! aku tidak apa-apa. Kita tidak perlu membatalkannya, “ jawabku meyakinkannya. Eui Chul pasti merasa ada yang berubah denganku tiba-tiba, pikirku.
“ Aku hanya tidak ingin kau memaksakan diri, “
“ Aniyo … sama sekali tidak, “ aku memaksakan tersenyum.
“ Baiklah kalau begitu, “Eui Chul tersenyum.
Sesampai di tempat yang kami tuju, kami disambut ramah oleh seorang wanita cantik, yaitu Ms. Jessica. Dan kemudian mengajak kami untuk melihat-lihat gaun pengantin. Aku dan Eui Chul pun masuk mengikuti Ms. Jessica. Ada begitu banyak gaun dengan motif yang berbeda-beda. Sungguh sangat menawan bagi siapa saja yang mengenakan, pikirku. Ms. Jessica akhirnya memintaku untuk mencoba semua gaun yang sudah dipilihnya, yang menurutnya sangat pantas bagiku. Aku masuk diruang ganti untuk kemudian mencoba baju yang sudah dipilih dengan dibantu Ms. Jessica. Aku melihat pantulan diriku dikaca dalam ruangan itu. Tak ada yang menarik. Semuanya terasa biasa saja.
Tiba-tiba Minnie muncul dari dalam cermin. Dia tersenyum padaku. Ku balas senyumnya sambil mencoba menggapainya.
“ Nona, sudah selesai, sebaiknya kita keluar untuk minta pendapat tuan Eui Chul, “ ucap Ms. Jessica ramah. Aku kaget. Dan bayangan Minnie pun lenyap. Ternyata hanya halusinasiku saja. Aku menghela nafas dalam-dalam, lalu kemudian keluar. Ku lihat Eui Chul sedang duduk sambil membaca majalah.
“ Bagaimana tuan, apakah gaun ini cocok buat nona Seo Hyun ? “ Tanya Ms. Jessica tersenyum. Eui Chul mengangkat wajahnya untuk melihatku. Dia tersenyum. Kemudian berdiri mendekatiku.
“ Hmmm … cocok sekali ! aku sangat suka. Tapi … rasanya terlihat sedikit kurang berkesan dengan motif yang masih terlihat biasa ini, “Eui Chul berpendapat sambil memegang dagunya. Lalu dia berbalik melihat deretan gaun, kemudian mengambil satu buah gaun.
“ Ah iya, coba kau kenakan yang ini. Aku ingin melihatnya, “ pintanya sambil tersenyum padaku. Aku berusaha membalas senyumnya.
“ Ne tuan, mari nona.“ kata Ms. Jessica seraya membawa gaun yang dipilih Eui Chul.
Bagaimana ini, aku masih memikirkan Minnie. Padahal aku sedang bersama Eui Chul, mencoba gaun pengantin. Dan sebentar lagi aku akan menikah dengannya. Tapi sangat aneh, pikiranku tidak terkendali. Aku berusaha untuk terlihat senang. Karena seharusnya bagian ini juga merupakan moment berkesan bagi seorang yaoja yang sebentar lagi bersanding dengan orang yang dicintainya. Tapi tidak denganku.
Aku memejamkan mataku. Berusaha untuk memusatkan perhatian pada masalah sekarang. Kasihan Junsu jika dia tahu aku tidak semangat dengan acara hari ini. Aku tidak boleh mengecewakannya. Dia pasti merasa bersalah jika mengira aku memaksakan diri. Ku tatap sekali lagi pantulan diriku di cermin sebeum keluar. Gaun yang kukenakan sangat indah dan mewah sekali. Kucoba tersenyum setulus mungkin. Saat keluar, ku lihat Eui Chul sedang berdiri menatap keluar.
“ Bagaimana sekarang tuan ? aku rasa ini sangat cocok dengan nona Seo Hyun, “ tanya Ms. Jessica untuk yang kedua kalinya. Eui Chul menoleh kearahku, kemudian dia terpaku diam. Terpana melihatku.
“ Pilihan tuan tepat sekali. Gaunnya sangat indah serta mewah. Namun tetap terlihat elegan dengan postur tubuh nona Seo Hyun, “ lanjut Ms. Jessica memujiku. Eui Chul mendekatiku.
“ Ne, kau sungguh cantik dengan gaun ini, “ sahutnya kagum.
“ Jeongmal ? “
“ Ne, aku bersungguh-sungguh, “ katanya.
“ Gomawo, “ aku tersenyum.
Setelah aku dan Eui Chul menetapkan dan memutuskan pilihan, kami serahkan semua desain dan rancangannya pada Ms. Jessica. Ms. Jessica sangat berterima kasih karena mempercayakan gaun pengantinku padanya. Lalu kami pamit untuk pergi.
Kami melanjutkan untuk mencari cincin pernikahan. Aku dan Eui Chul sibuk melihat-lihat berbagai bentuk cincin yang ada dibalik kaca. Sampai akhirnya keputusan kami jatuh pada sepasang cincin dengan ada satu permata ditengahnya cincin tersebut, yang sangat indah.
Sampai hari sudah sore, akhirnya Eui Chul mengajakku ke sebuah restoran yang letaknya sangat strategis, dekat dengan laut. Ketika kami memasuki restoran, kami mencari tempat yang nyaman untuk makan malam sambil menikmati matahari tenggelam dari ketinggian. Eui Chul membantuku duduk dengan menggeserkan kursi. Aku membalasnya dengan senyuman sebagai tanda terima kasih. Ketika Eui Chul hendak duduk, dia melambaikan tangannya pada seseorang dibelakangku sambil tersenyum.
“ Ah, Seo Hyun, kau tunggu sebentar disini. Aku akan segera kembali, “ ucapnya.
Aku mengangguk. Lalu Eui Chul berlalu. Kemudian aku menatap jauh matahari yang seolah akan tenggelam ditengah laut yang biru. Suasana menuju malam ini cukup mengesankan bagiku. Aku memejamkan mata sambil menghela nafas. Hembusan angin lembut menerpa rambutku. Untung hari ini bisa berjalan dengan lancar, batinku.
“ Seo Hyun, perkenalkan, ini pewaris perusahaan tempat kita bekerja selama ini, “ tiba-tiba Eui Chul datang dengan seorang namja. Aku sangat kaget. Berdiri. Ini tidak mungkin, aku pasti sedang berhalusinasi lagi, pikirku.



PART 5
Tapi … Namja itu mengulurkan tangannya. Dengan ragu-ragu kusambut uluran tangannya untuk berjabat.
“ Namanya, Park Jung Min. dia keponakan direktur utama kita. “ kata Eui Chul memperkenalkan sambil tersenyum.
“ Dan ini adalah Seo Hyun, “Eui Chul memperkenalkanku pada Minnie.
“ Annyonghaseo … ? “ sapanya ramah seraya tersenyum.
“ An … annyonghaseo, “ jawabku gugup.
“ Seo Hyun, Jung Min ini adalah sahabat dekatku juga sekaligus adalah partner kerjaku waktu di Aushi. Ternyata tidak disangka bisa bertemu disini. “ Eui Chul menjelaskan panjang lebar.
Lalu  mempersilahkan Minnie duduk tepat bersama untuk makan malam. Aku baru menyadari, ternyata Minnie adalah adalah keponakan direktur Jun Ho sekaligus pewaris perusahaan tempat aku bekerja. Bagaimana mungkin aku bisa tidak tahu hal ini ? sementara itu Eui Chul malah sudah sangat mengenalnya. Bahkan terlihat sangat akrab sekali.  Dan Minnie memakai nama aslinya, Park Jung Min.
Pelayan menghampiri kami. Memberikan daftar menu yang akan kami pesan. Eui Chul memesan makanan Jepang, sashimi moriawase dan coffe dates shake.
“ Aku pesan Thai Chicken Salad pedas dan chocolate peanut butter shake, “ kata Minnie.
“ Ne, tuan. “ jawab pelayan itu sambil menulis pesanannya.
“ Bagaimana dengan nona, ? Tanya pelayan itu.
“ Ah, iya ! aku … juga sama seperti tuan ini, Thai Chicken Salad pedas dan chocolate peanut butter shake, “´kataku.
“ Ne, pesanan anda akan segera datang. Gamsahamnida. “ kata pelayan itu ramah kemudian berlalu.
“ Wuaaah … kesukaan kalian sama. Kebetulan sekali, “ ujar Eui Chul.
“ Ah ne, kebetulan sekali, “ sahut Minnie menimpali sambil melirik kearahku. Aku mengalihkan pandanganku.
“ Kebetulan sekali bisa bertemu disini, ? apa pertemuan kalian berdua disini juga karena ada pekerjaan ? “ tanya Minnie pada Eui Chul.
“ Aniyo, kami tidak bertemu disini. Kami berangkat keluar bersama dari  rumah. Dan memang sengaja mampir untuk makan malam disini, “ jawab Eui Chul.
“ Berangkat dari rumah bersama, maksudmu ? “ Tanya Minnie penuh selidik. Aku yang mendengar hanya diam tertunduk. Aku jadi gelisah.
“ Ne, karena Seo Hyun adalah calon istriku. Dan sebentar lagi tepatnya dua minggu, kami akan melangsungkan pesta pernikahan. Jadi ku harap, kau bisa hadir, “ sahut Eui Chul sumringah.
“ Jeongmal ? “ ucap Minnie terperanjat.
“ Ne … ! Ah iya, jamsi gidariseyo … aku tinggal ke toilet dulu, kalian ngobrol saja,“ ujar Eui Chul sambil beranjak dari tempat duduknya. Aku jadi merasa tambah tidak nyaman. Tidak tahu mesti melakukan atau berkata apa.
“ Annyonghaseo ? “ aku memberanikan angkat suara.
“” Dok bune jal jinaeyo, “ sahutnya tersenyum. “ Seo Hyun ssinen otosemnika, ? “ tanyanya.
“ Jodo jal jenaeyo, gomawo, “ sahutku menatap kearahnya. Kemudian Aku beranjak berdiri kebelakangnya sambil memegang pagar besi.
“ Whaeyo … kau bisa ada disini ? “ aku memberanikan bertanya.
“ Oh, tadi aku ada bertemu dengan klien disini. Setelah itu, aku malah bertemu dengan calon suamimu. “ sahutnya tersenyum. Aku sedikit tidak nyaman dengan perkataannya dengan menyebut CALON SAUMI-ku.
“ Oh begitu … “ aku ber-oh.
“ Kau sendiri, apa yang kau … “
“ Kami pergi ke wedding organizer sekaligus merancang gaun pengantinku. Lalu mencari cincin pernikahan, “ aku memotong perkataan Minnie dengan menggunakan kata KAMI. Agar Minnie bisa mengerti.
“ Mianhe … “ kataku pelan.
“ Mwo ! kenapa kau harus minta maaf ? kau tidak melakukan kesalahan apapun, “ sahut Minnie lembut, seraya berdiri tak jauh dariku.
“ Mianhe, atas ucapanku beberapa malam yang lalu, “
“ Gwaencha … aku tidak apa-apa, “ jawabnya meyakinkanku.
“ Minnie, aku harap, kau tidak akan pernah menceritakan pada Eui Chul kalau kita sudah saling kenal. Bahkan … sejak kecil, “
“ Aku mengerti Seo Hyun. Aku tentu tidak akan menggangu hubunganmu, “ katanya datar.
“ Tapi … saat aku menghadiri pernikahanmu nanti, akan ku tepati janjiku untuk yang terakhir kalinya padamu, aku janji, “ katanya menyakinkaku.
“ Mwo !!! dasar bodoh ! sudahlah, lupakan hal itu. Karena itu tidak akan pernah terjadi, “ sahutku sambil tertawa kecil, kemudian mengalihkan pandangan. Minnie hanya tersenyum.
“ Mwo ? kau tersenyum, whaeyo ? “
“ Hhhh … aku hanya senang melihatmu tertawa seperti itu. Dengan begitu aku jadi tambah yakin bahwa kau bahagia. Dan aku bisa lebih tenang, “ jawabnya seraya memandang jauh ketengah laut, lagi, dengan senyuman dan raut wajah yang tenang.
Aku terperanjat dengan ucapannya. Apa benar aku bahagi ? Lalu kulihat kearahnya. Minnie berdiri sambil memasukkan kedua tangan kedalam saku celananya. Angin lembut yang menggoyangkan rambut dan pakaiannya, membuatku terpana. Minnie memang tidak berubah. Pembawaannya yang tenang, membuat karisma dirinya terlihat jelas, ditambah lagi dengan postur tubuhnya yang sangat indah, menjadikannya semakin sangat tampan. Belum lagi suasana laut dengan matahari yang sudah setengah tenggelam, membuat Minnie benar-benar seperti sosok dalam sebuah lukisan yang hidup. Tatapan yang teduh, namun sulit untuk dijangkau kedalamannya. Membuatku enggan mengalihkan pandangan. Tapi, aku hanya bisa berpikir, apa sebenarnya yang ada dalam benaknya ?



PARK 6
Pelayan datang membawa makanan yang kani pesan. Aku dan Minnie kembali duduk. Tak lama kemudian Eui Chul datang.
“ Mian, aku agak lama, “ katanya sambil melihatku.
“ Gwaencha … anjeseyo, mari kita makan bersama, “ sahut Minnie.
“ Ah, ne. “ jawab Eui Chul.
Kamipun menikmati makan malam saat matahari benar-benar sudah tak terlihat lagi sambil ngobrol. Eui Chul dan Minnie sesekali tertawa. Aku lebih banyak berdiam. Mereka sangat terlihat akrab. Aku tak bisa berpikir banyak. Karena dua orang namja yang ada dihadapanku sekarang, adalah orang-orang yang sangat kukagumi. Andai bukan aku yaoja yang duduk bersama mereka, aku pasti akan lebih tenang dan bisa mencurahkan semua isi hatiku. Dapat melakukan sesuka hati tanpa harus ada rasa terpaksa dan dipaksa orang lain.
“ Seo Hyun, apa kau mau brokoli ini. “Tanya Minnie tiba-tiba. Aku kaget. Sementara itu Eui Chul menatap kami dengan heran.
“ Ah, aniyo ! gomawo, “ kataku cepat.
“ Jinca ? Bukankah kau suka sekali, ? “
“ Aniyo ! punyaku masih ada, “ aku mencoba menolak sambil memaksa tersenyum ramah. Eui Chul pasti akan merasa aneh melihat hal ini. Minnie pasti tidak menyadari, hal barusan yang dilakukannya menarik perhatian Eui Chul. Di dalam hati, aku sangat panik. Kira-kira apa yang dipikir Eui Chul?
Sampai akhirnya kami selesai makn. Tiba-tiba handpone Minnie berbunyi. Ku lihat dia sedang berbicara dengan orang diseberang sana.
“ Mianhe, aku harus segera kembali … “ ujar Minnie.
“ Ne, “ jawab Eui Chul mengangguk tersenyum.
“ Jal mogossemnida, “ lanjut Minnie sambil menundukkan kepalanya.
“ Ne, Cheonmaneyo … “ sahut Eui Chul, juga menundukkan kepalanya.
“ Josimae ! “ aku menambahkan. Minnie tersenyum. Setelah itu, Minnie berlalu pergi meninggalkan kami. Eui Chul menghela nafas dalam, kemudian dihembuskannya perlahan. Lalu tersenyum.
“ Seo Hyun, apa kau lelah sekali, ? “ Tanya Eui Chul yang  melihatku diam memandang jauh.
“ Aniyo ! aku baik-baik saja, “ sahutku.
“ Jung Min sangat baik bukan ? dia ramah dan sangat berkarisma sekali, juga sangat tampan. Pasti Direktur Jun Ho sudah memutuskan dengan sangat bijak menunjuk dia sebagai pewaris tunggal perusahaannya, “ Jun su menerawang sambil tersenyum. Aku hanya diam.
“ Dan … dia bisa mengetahui apa yang kau suka. “ lanjutnya.
“ Aniyo Eui Chul … itu tadi pasti kebetulan saja. Pasti dia hanya sekedar menebak, dan kebetulan tebakannya benar. “ kataku meyakinkan.
“ Geraeyo, ? “
“ Mullo ! mana mungkin ada orang yang tahu tentangku selain dirimu, “ aku menggenggam tangan Eui Chul seraya tersenyum.
“ Matsemnida Seo Hyun … Hanya aku yang tahu segalanya tentangmu, balasnya sambil mencium tanganku. “ Bagaimana menurutmu, apa hari ini sangat menyenangkan, ? “ Tanya Eui Chul padaku.
“ Ne, aku senang sekali, “ sahutku.
Setelah puas menikmati suasana malam, kami beranjak untuk pulang. Sampai dirumah, aku langsung menjatuhkan tubuhku diatas tempat tidur. Aku sangat lelah sekali. aku terpaksa berbohong pada Eui Chul, karena aku tidak ingin membuatnya kecewa dengan sikapku, yang menurutku pasti sudah agak berbeda hari ini. Baru aku akan masuk kamar mandi, handponeku berdering.
“ Yoboseyo, ? “ sapaku.
“ Ya ! Seo Hyun, ini Eomma … “ sahut suara diseberang. Ternyata ibu Eui Chul.
“ NeEom, whaeyo, ? “
“ Gomawo sayang, Eomma senang sekali melihat rancangan gaun yang kalian pesan. Indah sekali. “
“ Mullo Eom ! hmmm … itu pilihan Eui Chul, jadi memang sepantasnya yang paling terbaik, “ kataku memuji.
“ Ne … ya sudah, kau istirahat saja. Karena tadi sudah seharian keluar bersama Eui Chul, “ kata ajumma ramah.
“ Ne, gamsahamnida …Eom, annyogi jumuseyo, “ sahutku.
“ Gerae, jal jagora sayang, “ ahjuma menutup telponnya. Ada-ada saja Eomma Eui Chul. Menelponku hanya untuk mengatakan hal itu, pikirku tersenyum.
Sehabis mandi, ku buka laci meja yang ada disamping tempat tidur. Lalu kuambil kotak yang ada didalamnya. Kubuka perlahan, dan kudapati gelang tali serta sebuah foto berukuran kecil yang tergeletak didalamnya. Foto dua orang anak kecil, yaoja yang biasa sekali dengan namja yang sangat tampan, berdiri dengan latar taman yang indah. Yang yaoja memegang seikat bunga dandelion, dan yang namja menggendong seekor anak anjing berwarna putih. Lucu sekali. Manis bahkan. Namja itu tak lain adalah Minnie !
 Terus kupandangi. Hari ini, aku bertemu dengan Minnie lagi. Bahkan berada dalam satu meja makan bersamanya. Ini pasti hanya kebetulan semata atau memang takdir ? aku mendengus sedikit kesal. Sebentar lagi aku akan menikah, tapi kenapa aku masih memikirkannya. Bukankah aku sendiri yang memintanya untuk melupakan dan menjauhiku. Tapi sekarang keadaan malah menjadi berbalik.
Saking asyiknya memandangi foto dan gelang itu, sambil menerawang jauh kemasa lalu, aku akhirnya tertidur dengan pulasnya.


THE NEXT === >>>

0 Response to "Fans Faction For Park jung min"

Posting Komentar

Followers